Pengaruh Faktor Spasial Terhadap Sebaran Tuberkulosis Menggunakan Pendekatan Spatial AutoRegressive Sumatera Utara
Abstract
Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
serius di Indonesia, khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Penyebaran kasus TBC yang tidak merata antar
kabupaten/kota menunjukkan adanya indikasi pengaruh faktor spasial terhadap penyebarannya. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor spasial, seperti jumlah penduduk miskin, persentase
perokok, rumah kumuh, sanitasi tidak layak, dan penduduk yang sakit terhadap jumlah kasus TBC dengan
menggunakan pendekatan regresi spasial, yakni Spatial Autoregressive Model (SAR) dan Spatial Durbin Model
(SDM). Data yang digunakan merupakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara tahun
2023–2024. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat autokorelasi spasial positif dalam penyebaran TBC, yang
berarti wilayah dengan jumlah kasus tinggi yang cenderung mencakup wilayah serupa. Model SAR dan SDM berhasil
mengidentifikasi bahwa jumlah penduduk miskin dan sanitasi tidak layak merupakan faktor dominan yang
berkontribusi terhadap sebaran kasus TBC. Temuan ini pentingnya pendekatan spasial dalam
kebijakan penanggulangan penyakit menular, agar intervensi yang dilakukan lebih efektif dan sesuai
dengan karakteristik wilayah.